RESUME BUKU
FILSAFAT ISLAM
Disusun Guna
Memenuhi Tugas Mata Kuliah Filsafat Islam
Dosen Pengampu: Fauzan Naif
Oleh :
Mulyadi
NIM : 13530085
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN KALI JAGA
FAKULTAS USHULUDDIN
DAN PEMIKIRAN ISLAM
JURUSAN ILMU AL-QUR’AN DAN TAFSIR
2014
Identitas buku
Judul : Flsafat islam, filosof
dan filsafatnya
Pengarang : prof.Dr. H. Sirajuddin zar, M.A.
Penerbit : Rajawali pres
Tempat terbit : Jakarta
Tahun : 2007
Tebal Buku : xi dan 270 halaman: 21 cm
FILSAFAT ISLAM, FILOSOF DAN FILSAFATNYA
A.
PENGERTIAN FILSAFAT ISLAM DAN OBJEKNYA
Filsafat
ialah kata majmuk yang berasal dari bahasa yunani yakni philosophia dan
philosophos. Philo, berarti cinta (loving), sedangkan Sophia dan Sophos berarti
pengetahuan atau kebijaksanaan (wisdom), jadi filsafat secara sederhana berarti
cinta pada pengetahuan atau kebijaksanaan.
Adapun
objek filsafat terbagi menjadi tiga bahasan pokok.
1. Al-Wujud atau ontology
2. Al-Ma’rifat atau epistemology
3. Al-Qayyim atau aksiologi
Jelas
bahwa filsafat islam memang ada dan bukan bukan pengalihan bahasa atau jiplakan
dari filsafat yunani. Secara sederhana karakteristik filsafat islam dapat
diragum menjadi tiga.
1. Filsafat islam membahas masalah yang
sudah pernah dibahas filsafat yunani dan lainnya, seperti ketuhanan, alam, dan
roh. Akan tetapi penyelesaian dalam filsafat islam berbeda dengan filsafat
lain, para filosof muslim juga mengembangkan dan menambahkan hasil pemikiran
mereka.
2. Filsafat islam membahas masalah yang
belum pernah dibahas filsafat sebelumnya seperti filsafat kenabian
(al-nazhariyyat al-nubuwwat).
3. Dalam filsafat islam juga terdapat
pemaduan antara agama dan filsafat, antara akidah dan hikmah, antara wahyu dan
akal.
Yang
disebut dengan filsafat islam ialah perkembangan pemikiran umat islam dalam
masalah ketuhanan, kenabian, manusia, dan alam semesta yang disinari ajaran
islam. Adapun definisi secara khusus menurut Ibrahim Madkur, filsafat islam
ialah pemikiran yang lahir dalam dunia islam yang menjawab tantangan zaman,
yang meliputi Allah dan alam semesta, wahyu dan akal, agama dan filsafat.
B.
TOKOH-TOKOH FILSAFAT ISLAM
A. Al-Kindi
1. Sejarah Hidup
Al-Kindi,
nama lengkapnya adalah Abu Yusuf Ya’kub ibnu Ishaq ibnu al-Shabbah ibnu ‘Imron
ibnu Muhammad ibnu al-Asy’as ibnu Qais al-Kindi. Kindah merupakan suatu nama kabilah terkemuka pra-Islam yang merupakan
cabang dari Bani Kahlan yang menetap di Yaman. Kabilah ini pulalah yang
melahirkan seorang tokoh sastrawan yang terbesar kesusasteraan Arab, sang
penyair pangeran Imr Al-Qais, yang gagal untuk memulihkan tahta kerajaan Kindah
setelah pembunuhan ayahnya.
Al-Kindi
dilahirkan di Kufah sekitar tahun 185 H dari keluarga kaya dan terhormat.
Ayahnya, Ishaq ibnu Al- Shabbah, adalah gubernur Kufah pada masa pemerintahan
Al-Mahdi dan Ar-Rasyid. Al-kindi sendiri mengalami masa pemerintahan lima
khalifah Bani Abbas, yakni Al-Amin, Al-Ma’mun, Al-Mu’tasim, Al- Wasiq, dan
Al-Mutawakkil.
2. Filsafat atau Pemikirannya
a. Talfiq
Al-Kindi
berusaha memadukan (talfiq) antara agama dan filsafat. Menurutya filsafat
adalah pengetahuan yang benar ( knowledge of truth). Al-Qur’an yang membawa
argumen-argumen yang lebih meyakinkan dan benar tidak mungkin bertentangan
dengan kebenaran yang dihasilkan oleh filsafat. Karena itu mempelajari filsafat
dan berfilsafat tidak dilarang bahkan teologi bagian dari filsafat, sedangkan
umat Islam diwajibkan mempelajari teologi. Bertemunya agama dan filsafat dalam
kebenaran dan kebaikan sekaligus menjadi tujuan
dari keduanya. Agama disamping wahyu mempergunakan akal, dan filsafat
juga mempergunakan akal. Yang benar pertama bagi Al-Kindi ialah Tuhan. Filsafat
dengan demikian membahas tentang Tuhan dan agama ini pulalah dasarnya. Filsafat
yang paling tinggi ialah filsafat tentang Tuhan.
b. Jiwa
Tentang
jiwa, menurut Al-Kindi; tidak tersusun, mempunyai arti penting, sempurna dan
mulia. Substansi ruh berasal dari substansi Tuhan. Hubungan ruh dengan Tuhan
sama dengan hubungan cahaya dengan matahari. Selain itu jiwa bersifat
spiritual, ilahiah, terpisah dan berbeda dari tubuh. Sedangkan jisim mempunyai
sifat hawa nafsu dan pemarah. Antara jiwa dan jisim, kendatipun berbeda tetapi
saling berhubungan dan saling memberi bimbingan. Argumen yang diajukan Al-Kindi
tentang perlainan ruh dari badan ialah ruh menentang keinginan hawa nafsu dan
pemarah. Sudah jelas bahwa yang melarang tidak sama dengan yang dilarang.
B. Al-Farabi
1. Biografi
Nama
lengkapnya Abu Nashr Muhammad ibn Muhammad ibn Tarkhan ibn Auzalagh. Dikalangan
orang-orang latin abad tengah, Al-Farabi lebih dikenal dengan Abu Nashr. Ia
lahir di Wasij, Distrik Farab (sekarang kota Atrar), Turkistan pada 257 H. Pada
tahun 330 H, ia pindah ke Damaskus dan berkenalan dengan Saif al-Daulah
al-Hamdan, sultan dinasti Hamdan di Allepo. Sultan memberinya kedudukan sebagai
seorang ulama istana dengan tunjangan yang sangat besar, tetapi Al-Farabi
memilih hidup sederhana dan tidak tertarik dengan kemewahan dan kekayaan.
Al-Farabi dikenal sebagai filsuf Islam terbesar, memiliki keahlian dalam banyak
bidang keilmuan dan memandang filsafat secara utuh dan menyeluruh serta
mengupasnya secara sempurna, sehingga filsuf yang datang sesudahnya, seperti
Ibnu Sina dan Ibn Rusyd banyak mengambil dan mengupas sistem filsafatnya.
2. Pemikirannya
a) Pemaduan Filsafat
Untuk
mempertemukan dua filsafat yang berbeda seperti dua halnya Plato dan
Aristoteles mengenai idea. Aristoteles tidak mengakui bahwa hakikat itu adalah
idea, karena apabila hal itu diterima berarti alam realitas ini tidak lebih
dari alam khayal atau sebatas pemikiran saja. Sedangkan Plato mengakui idea
merupakan satu hal yang berdiri sendiri dan menjadi hakikat segala-galanya.
Al-Farabi menggunakan interpretasi batini, yakni dengan menggunakan ta’wil bila
menjumpai pertentangan pikiran antara kedanya. Menurut Al-Farabi, sebenarnya
Aristoteles mengakui alam rohani yang terdapat diluar alam ini. Jadi kedua
filsuf tersebut sama-sama mengakui adanya idea-idea pada zat Tuhan.
b) emanasi.
Al-Farabi
menemukan kesulitan dalam menjelaskan bagaimana terjadinya yang banyak (alam)
yang bersifat materi dari yang Esa (Allah) jauh dari arti materi dan maha
sempurna. Akal-akal dan planet-planet itu terpancar secara berurutan dalam
waktu yang sama. Hal ini terjadi karena Allah berfikir tentang diri-Nya,
sedangkan pada akal-akal terdapat dua objek pemikiran Allah dan akal-akal.
Karena pemikiran Tuhan tentang diriNya merupakan daya yang dahsyat, maka daya
itu menciptakan sesuatu. Yang diciptakan pemikiran Tuhan tentang diriNya itu
adalah Akal I. Jadi, Yang Maha Esa menciptakan yang esa.
Dalam
diri yang esa atau Akal I inilah mulai terdapat arti banyak. Obyek pemikiran
Akal I adalah Tuhan dan dirinya sendiri. Pemikirannya tentang Tuhan
menghasilkan Akal II dan pemikirannya tentang dirinya menghasilkan Langit
Pertama. Akal II juga mempunyai obyek pemikiran, yaitu Tuhan dan dirinya
sendiri. Pemikirannya tentang Tuhan menghasilkan Akal III dan pemikirannya
tentang dirinya sendiri menghasilkan Alam Bintang. Begitulah Akal selanjutnya
berfikir tentang Tuhan dan menghasilkan Akal dan berfikir tentang dirinya
sendiri dan menghasilkan planet-planet.
C. Ibnu Sina
1. Biografi
Nama
lengkapnya Abu Ali al- Husien ibn Abdullah ibn Hasan ibn Ali ibn Sina. Ia
dilahirkan didesa Afsyanah, dekat Buhkara, Persia Utara pada 370 H. Ia
mempunyai kecerdasan dan ingatan yang luar biasa sehingga dalam usia 10 tahun
telah mampu menghafal Al-Qur’an, sebagian besar sastra Arab dan juga hafal
kitab metafisika karangan Aristoteles setelah dibacanya empat puluh kali. Pada
usia 16 tahun ia telah banyak menguasai ilmu pengetahuan, sastra arab, fikih,
ilmu hitung, ilmu ukur, filsafat dan bahkan ilmu kedokteran dipelajarinnya
sendiri.
Ibnu
Sina juga dikenal sebagai otodidak yang amat tekun dan brilian. Ketekunan Ibnu
Sina dalam belajarnya yang luar biasa
dapat diketahui misalnya dari kisahnya belajar metafisika. Buku
“metaphysics of aristotle” dibacanya berulang-ulang hingga 40 kali dikarenakan
sulitnya mengerti isi buku tersebut. Namun tanpa mengenal rasa bosan sampai
akhirnya buku itu dapat dipahaminya ketika membaca buku karangan al-Farabi, “Tentang
tujuan ilmu Fisika” yang merupakan komentar atas buku aristoteles.
Pada
usia 22 tahun ayahnya meninggal dunia, kemudian ia meninggalkan Bukhara menuju
ke Jurjan, dan dari sini ia menuju ke Khawarazm. Di Jurjan ia mengajar dan
mengarang, tetapi tidak lama ia tinggal di sini karena kekacauan politik,
setelah itu ia berpindah-pindah dari satu negri ke negri lain, hingga akhirnya
ia sampai di Hamadzan. Oleh penguas Hamadzan, Syamsuddaulah. Ia diangkat
menjadi mentrinya beberapa kali. Meskipun ia beberapa kali dipenjarakan.
Hidup
Ibnu Sina penuh dengan kesibukan bekerja dan mengarang, penuh pula dengan
kesenangan dan kepahitan hidup. Dan boleh jadi keadaan ini telah mengakibatkan
ia tertimpa penyakit dingin (cooling) yang tidak bisa diobati lagi, hingga Ibnu
Sina meninggal pada usia 58 tahun pada bulan Ramadlan 428 H/1037 M di Hamadzan.
Ia dimakamkan disana dan dalam rangka 1.000 tahun hari kelahirannya. (“fair
millenium”) di Teheran pada tahun 1955 M, ia telah dinobatkan sebagai “Father of Doctors” untuk selamanya,dan
disana telah di bangun sebuah monumen
sejarah untuk itu.
Sebelum
meninggal, menurut G.C. Anawati, ia telah mengarang buku sejumlah kurang lebih
276 buah. Dan ini meliputi berbagai subyek ilmu pengetahuan seperti filsafat,
kedokteran, giometri, astronomi, musik, syair, teologi, politik, matematika,
fisika, kimia, sastra, kosmologi, dan sebagainya.
D. Al-Razi
1. Sejarah lahir
Nama
lengkap al-razi adalah Abu Bakar Muhammad ibnu Zakaria ibnu Yahya Al-Razi.
Dalam wacana keilmuan barat, beliau dikenal dengan sebutan Razhes. Ia
dilahirkan di Rayy, sebuah kota tua yang masa lalu bernama Rhoges, dekat
Teheran, Republik Islam Iran pada tanggal 1 Sya’ban 251 H/865 M. Perlu diingat
bahwasanya tempat yang ia tinggali yakni Iran ,yang sebelumnya terkenal dengan
sebutan Persia, merupakan tempat dimana terjadinya pertemuan berbagai
kebudayaan terutama kebudayaan Yunani dan Persia. Dengan suasana seperti
lingkungan seperti ini mendorong bakat Al-Razi tampil sebagai seorang
intelektual.
Ayahnya
berharap Al-razi menjadi seorang pedagang besar, maka dari itu ayahnya
membekali Al-razi ilmu-ilmu perdagangan. Akan tetapi, Al-Razi lebih memilih
kepada bidang intelektual ketimbang dengan perdagangan karena menurutnya bidang
intelektual merupakan perkara yang lebih besar ketimbang urusan dengan materi
belaka.
Karena
ketekunannya dalam bidang kedoteran dan filsafat, Al-Razi menjadi terkenal
sebagai dokter yang dermawan, penyayang kepada pasien-pasiennya, oleh karena
tiu dia sering memberi pengobata cuma-Cuma kepada orang miskin. Dan karena
reputasinya dalam kedokteran, dia pernah mejabat sebagai kepala rumah sakit
Rayy pada masa pemerintahan Gubernur Al-Mansur ibnu Ishaq. Kemudian dia
berpindak ke Baghdad dan memimpin rumah saki di sana pada masa pemerintahan Khlifah
Al-Muktafi. Setelah Al-Muktafi meninggal, ia kembali ke kota kelahirannya,
kemudian id berpindah-pindah dari satu negeri ke negeri lainnya dan meninggal
dunia pada tanggal 5 Sya’ban 313 H/ 27 Oktober 925 dalam usia 60 tahun.
2. pemikirannya
a) Lima Kekal ( Al-Qadiim )
Karena
filsafatnya terkenal dengan 5 yang kekal, maka kami sebagai pemakal
memasukannya dalam makalah kami. Sebenarnya pemikirannya sangat banyak, akan
tetapi yang akan kami bahas disini hanya pada pemikirannya mengenai 5 hal yang
kekal.
5
hal yang kekal itu antara lain; Al-Baary Ta’ala (Allah Ta’ala), Al-Nafs
Al-Kulliyyat (jiwa universal), Al-Hayuula al-Uula (materi pertama), al-Makaan
al-Muthlaq (tampat/ruang absolut), dan al-Zamaan al-Muthlaq (masa absolut). Dan
dia juga mengklasifikasinya pada yang hidup dan aktif. Yang hidup dan aktif itu
Allah dan jiwa, yang tidak hidup dan pasif itu materi, yang tidak hidup, tidak
aktif, dan tidak pula pasif itu ruang dan waktu.
E. Ibnu Miskawaih
1. Sejarah lahir
Nama
lengkap Ibnu Miskawaih adalah Abu Ali Ahmad ibnu Muhammad ibnu Ya’kub ibnu
Miskawaih. Ia dilahirkan di kota Rayy, Iran pada tahun 330 H/ 941 M dan wafat
di asfahan pada tanggal 9 Shafar 421 H/ 16 Februari 1030 M. Dari buku yang kami
dapatkan, tidak ada penjelasan yang sangat rinci mengungkapkan biograpinya.
Namun, ada beberapa hal yang perlu dijelaskan, bahwa ibnu miskawaih belajar
sejarah terutama Taarikh al-Thabari kepada Abu Bakar Ibnu Kamil Al-Qadhi dan
belajar filsafat kepada Ibnu Al-Khammar, mufasir kenamaan karya-karya
aristoteles.
Ibnu
Miskawaih adalah seorang penganut syi’ah. Hal ini didasarkan pada pengabdiannya
kepada sultan dan wazir-wazir syi’ah pada masa pemerintahan Bani Buwaihi ( 320
– 448 M ). Dan ketika sultan Ahmad ‘Adhud Al-Daulah menjabat sebagai kepala
pemerintahan, ibnu Miskawaih menduduki jabatan yang penting, seperti
pengangkatannya sebagai Khazin, penjaga perpustakaan Negara dan bendarahara
negara.
2. pemikirannya
a) Akhlak
Ibnu
miskawaih yang terkenal sebagai seorang yang moralis berpendapat bahwa
akhlak adalah suatu sikap atau keadaan
jiwa yang mendorongnya untuk berbuat tanpa berpikir dan sama sekali tidak ada
pertimbangan. Dengan kata lain, ahklak adalah tindakan yang tidak ada sama
sekali pertentangan dalam dirinya untuk melakukan sesuatu. Menurut kami,
ungkapan beliau mengenai hal ini sama dengan perkataan plato yang mengatakan
bahwasanya cinta adalah gerak jiwa yang kosong.
Ibnu
Miskawaih juga membagi tingkah laku pada dua unsur yakni; unsur watak naluriah
dan unsur watak kebiasaan dengan melakukan latihan ( riyadhoh ). Serta dia
berpandangan bahwa jiwa mempunyai tiga daya yang mana apabila ketigak daya ini
beserta sifat-sifatnya selaras, maka akan menimbulkan sifat yang keempat yakni
adil.
Adapun
tiga daya yang dia maksud adalah; daya pikir, daya marah, dan daya keinginan.
Sedangkan yang dia maksud dengan sifat utama mengenai ketiga daya ini antara
lain adalah; sifat hikmah merupakan sifat utama bagi jiwa yang berpikir yang
mana hikmah ini lahir dari ilmu. Rasa berani merupakan sifat utama bagi jiwa
marah yang mana sifat berani ini timbul dari sifat hilm ( mawas diri ).
Sedangkan sifat utama bagi jiwa keinginan adalah sifat murah yang merupakan
sifat utamanya yang lahir dati ‘iffah ( memelihara kehormatan diri ).
F. Ibnu Rusyd
1. Sejarah kelahirannya
Nama
asli dari Ibnu Rusyd adalah Abu Al-Walid Muhammad ibnu Ahmad ibnu Muhammad ibnu
Rusyd, beliau dilahirkan di Cordova, Andalus pada tahun 510 H/ 1126 M, 15 tahun
setelah kematiannya imam ghazali. Di dunia barat dia lebih terkenal dengan
sebutan Averros, sedang di dunia islam sendiri lebih terkenal dengan nama ibnu
Rusyd. Ibnu Rusyd adalah keturunan keluarga terhormat yang terkenal sebagai
tokoh keilmuwan, sedang ayah dan kakeknya adalah mantan hakim di andalus. Pada
tahun 565 H/ 1169 M dia diangkat menjadi seorang hakim di Seville dan Cordova.
Dan pada tahun 1173 ia menjadi ketua mahkamah agung, Qadhi al-Qudhat di
Cordova.
Salah
satu faktor yang membuatnya menjadi seorang ilmuwan adalah karena dia tumbuh
dan hidup dalam keluarga yang Ghirah-nya besar sekali dalam bidang keilmuwan.
Akan tetapi yang menjadi faktor utamanya karena ketajamannya dalam berpikir
serta kejeniusan otaknya. Dengan semua faktor-faktor di atas, tidaklah heran
apabila dia menjadi seorang ilmuwan Muslim yang terkemuka.
Hal
yang sangat mengagumkan dari ibnu Rusyd adalah semenjak dia sudah mulai berakal
( masa baligh ) hampir semua hidupnya ia pergunakan untuk belajar dan membaca.
Tak pernah dia melewatkan waktunya selain untuk berpikir dan membaca, kecuali
pada malam ayahnya meninggal dan ketika malam pernikahannya. Dengan keadaan
seperti ini, membuat pemikirannya semakin tajam dan kuat dari waktu ke waktu.
Kehidupannya
sebagai seorang hakim tidaklah mulus, ibnu Rusd pernah mengalami akan tuduhan
pahit, yang pada dasarnya hanya untuk keperluan mobilisasi menghadapi
pemberontakkan Kristen Spanyol, dia di tuduh kafir, lalu dia di adili dan
sebagai hukumannya dia di buang ke Lucena, dekat Cordova. Tidak hanya itu saja,
semua jabatannya sebagai hakim mahkamah agung dicopot serta semua bukunya di
bakar, kecuali buku yang bersifat ilmu pengetahuan murni ( sains ), seperti
kedokteran, matematika dan astronomi.
Setahun
lamanya ibnu Rusyd mengalami masa yang sangat getir itu, dan pada tahun 1197 M,
khlifah mencabut hukumannya dan mengembalikkan semua pangkat yang pernah dia
pegang sebelumnya. Ibnu Rusyd meninggal 10 desember 1198 M/ 9 Shafar 595 H di
marakesh dalam usia 72 tahun menurut perhitungan Masehi dan 75 tahun menurut
perhitungan tahun Hijriyah.
@
Tagged @ filsafat ilmu
0 comments:
Post a Comment